Ditengah-tengah citra buruk yang melanda Polisi Indonesia, seperti kasus Cicak vs Buaya, skandal suap kasus Anggodo, sampai ke rekening gendut Perwira Polisi yang termuat di majalah Tempo baru-baru ini, ternyata Polisi kita sepertinya masih jauh lebih baik ketimbang polisi Afrika Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Vigneswaran, seorang mahasiswa lulusan doktoral Institut Max Planck di Gottingen dan juga senior periset di Institut Watwatersrand ,Johannesburg bekerjasama dengan ilmuwan Julia Hornberger memaparkan tentang studi kasusnya terhadap kinerja polisi, khususnya di Afrika Selatan dalam sebuah laporan Beyond Good Cops/Bad Cops.
Dituliskan, bahwa polisi Afrika Selatan lebih malas, suka korupsi dan pengecut dalam mengejar penjahat. Kehidupan sehari-hari polisi di negeri tempat diselenggarakannya FIFA WorldCup 2010 ini , sangat kurang disiplin. Bayangkan, seorang perwira bisa dengan bebas berbisnis pribadi atau berbelanja pada saat jam kerja. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dengan menyusuri setiap sudut-sudut kota dan kabupaten. Hasilnya....polisi disana dengan diam-diam meminta atau diberi uang, makanan, atau barang lainnya. Dan seperti telah menjadi kebiasaan, karena warga disana pun sering terlihat memberi minuman limun atau buah pisang kepada polisi yang sedang berdiri berpatroli atau berjalan melewati toko. Memang peneliti tidak melihat ini sebagai bentuk suap, jika menempatkan polisi pada sudut perspektif.
Selama penelitian, Vigneswaran melihat pemilik toko bir sengaja keluar dari tokonya , menyeberang jalan dan membeli pisang untuk polisinya. Ini menjadi tanda tanya besar, karena kemungkinan ada sesuatu yang disembunyikan , mengingat tindakan kriminal kebanyakan berhubungan erat dengan konsumsi alkohol.
Sementara itu, berdasarkan pada peta yang dibuat oleh peneliti mengenai jarak perwira polisi dengan tempat-tempat komersial yang banyak dilalui orang, untuk melihat apakah perwira polisi beresiko menerima suap, seperti ketika pejabat yang tersandung masalah, kemudian mengundang orang untuk kemudian menempatkan semacam obyek di tanah yang kemudian di ambil oleh polisi. Peta ini sendiri mengidentifikasi perilaku polisi di pusat kota Johannesburg.
Peneliti juga melihat , ketika petugas mengendarai mobilnya melewati rumah orang kaya , kemudian membunyikan klakson mobilnya. Sesaat kemudian si pemilik rumah keluar dari memberikan 40 dari 80 rand dari dompetnya. Mereka kemudian tertawa dan bangga, bahwa mereka diakui sebagai penguasa daerah itu.
Dalam kaji ilmiah , Vigneswaran mengemukakan bahwa suap itu terjadi dalam berbagai macam, seperti melakukan tuntutan agar diberi suap, atau menyuap agar proses resmi berjalan lebih cepat, suap untuk bisa bebas dari hukuman , dan juga bentuk pemerasan.
Itulah gambaran hasil penelitian tentang Polisi Baik dan Polisi Buruk.
Lalu, bagaimana dengan polisi Indonesia ? Seperti itukah keadaannya...???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar