Haizum

Your 1:1 Traffic Exchange

Haizum

Kamis, 01 Juli 2010

Sebuah Syafaat dari selain Rosulullah SAW.




Hampir saja orang-orang mengira ia adalah pengemis, gelandangan atau bahkan orang gila. Penampilan dan perilaku kehidupannya yang sangat sederhana, bahkan dengan baju hanya satu yang dipakainya membuat dia memiliki kedudukan terhormat dimata Rosulullah SAW. Uwais kelak di akhirat akan memberikan syafaat.

Adalah Uwais bin Amir Al Qarani atau Uwais Al Qarani, berasal dari Qaran, sebuah desa kecil di Yaman. Hidupnya sangat miskin, pakaiannya hanya satu yang dipakai sehari-hari, dia menggembala ternak untuk membantu biaya hidup orang tuanya. Makanannya hanya kurma dan air putih saja, dan perutnya selalu lapar.

Rosulullah pernah menyarankan agar Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib untuk menemui Uwais dan menyampaikan salamnya. Ketika itu, Rosulullah tidak tahu secara pasti dimana tempat tinggal Uwais. Beliau mengatakan kepada Umar dan Ali, bahwa Uwais adalah seseorang yang mempunyai derajat tinggi di sisi Allah, dia akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya seperti jumlah ternak Rabbiah dan Mudhar* ( * dua pengusaha ternak terkenal dan terbesar kala itu).
Umar dan Ali diberitahu ciri-ciri Uwais adalah berperawakan tinggi, badannya sedang, berambut lebat dan di bahu kiri dan telapak tangannya terdapat tanda putih sebesar mata uang dirham.

Semenjak cerita Rosulullah, Umar dan Ali semakin penasaran dan ingin bertemu Uwais. Dan barulah, beberapa lama setelah Umar diangkat menjadi khalifah, dia memperoleh alamat di mana Uwais berada dari seorang pedagang Yaman, “ Uwais seperti orang gila, tinggal sendiri dan tidak bergaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan kebanyakan orang. Ketika orang-orang tersenyum, dia menangis. Dan ketika orang menangis, dia tersenyum.”

Lalu berangkatlah Umar dan Ali menemui Uwais. Singkat cerita , mereka akhirnya bertemu. Disampaikanlah titipan salam dari Rosulullah SAW kepada Uwais, setelah itu Umar dan Ali minta doa dan nasehat. Dan sebelum pergi, Umar dan Ali hendak memberikan pakaian dan sejumlah uang kepada Uwais, namun Uwais menolak, “Aku tidak bermaksud menolak pemberian tuan, tetapi aku tidak membutuhkan apa yang tuan berikan itu. Upahku adalah 4 dirham dan itu sudah lebih dari cukup”.
“Setiap hari aku makan buah kurma dan minum air putih dan tidak pernah makan makanan yang dimasak. Aku tidak membutuhkan harta karena aku selalu merasa hidupku tidak akan sampai malam hari, dan kalau sudah malam aku merasa hidupku tidak akan sampai pagi. Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya”,lanjut Uwais.

Setelah kejadian itu, orang-orang Qaran mengetahui kedudukan spiritual Uwais, sehingga mereka berusaha menemui dan memuliakan Uwais, tetapi Uwais malah meninggalkan mereka dan akhirnya pergi ke Kuffah untuk hidup menyendiri.


Suatu hari, ada seorang sufi bernama Harim bin Hayyam yang juga termasuk orang yang mencari dan ingin bertemu Uwais. Hingga akhirnya Harim melihat Uwais sedang berwudu di tepi sungai Eufrat.
Harim lalu memberinya salam. “Assalamu alaikum.”
Lalu keajaiban terjadi, “Wa ‘alaikum salam wahai Harim bin Hayyam.
Harim pun terkejut, kemudian bertanya,” Bagaimana engkau tahu namaku?”.
Uwais pun menjawab.” Rohku telah mengenal rohmu.”

Kejadian ini kemudian tersebar kemana-mana. Nama Uwais pun harum di seluruh penjuru negeri, hingga banyak yang meniru cara kesufiannya, seperti doa dan dzikirnya, dan mereka kemudian disebut Uwaisi.
Uwais tidak pernah berdoa untuk dirinya sendiri, melainkan mendoakan umat Islam, dia juga tidak pernah lengah berdzikir, meski sedang mengawasi ternak. Dia tidak berguru kepada siapapun, melainkan langsung dengan Allah SWT.

Menurut sejarah, meski suka menyendiri namun Uwais juga aktif berjihad. Dia ikut dalam perang Shiffin membela Ali ketika melawan Muawiyyah, dan juga ikut perang melawan Romawi. Setelah ikut perang ini, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga, kurang lebih pada tahun 39 Hijriyyah.
Taken from : Khazanah Intisari Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar